Catatan dari Sang Guru (Besar)

Membaca note ringan namun sarat makna dari seorang Profesor Imam Suprayogo, membuat saya menekuk muka. Malu. Saya memang jatuh hati pada notes beliau yang konsisten muncul setiap hari. Meskipun tak selalu saya baca semua, tapi saya selalu terkagum-kagum dengan konsistensi kemunculan tulisan beliau yang enak dibaca. Khas tulisan seorang guru besar sejati yang mampu menyampaikan sesuatu yang tampak kompleks menjadi sederhana dan mudah dicerna.

Salah satu tulisan Prof. Imam yang akhir-akhir ini membuat saya merasa tulisan itu (seakan) ditujukan pada saya berjudul “Keluar dari Kesulitan Menulis Karya Ilmiah”. Catatan ini di-post pada 19:43, 12 September lalu. Saat itu saya langsung men-screen shoot catatan itu dan menyimpannya karena baru saya baca sekilas, dan saya ingin kelak membacanya lagi.

Tulisan tersebut menyampaikan pemikiran beliau tentang mengapa mahasiswa sering kesulitan menulis ilmiah dan bagaimana mengatasinya. Seringnya mahasiswa membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan jurnal ilmiah, skripsi/tesis/disertasi, ternyata masalah yang sering menyambangi mahasiswa di berbagai level. Alasannya bisa jadi karena si mahasiswa belum terbiasa menulis ilmiah, yaitu tulisan hasil berpikir logis yang didukung oleh data yang memadai. Untuk bisa berpikir logis demikian tentu perlu penguasaan ilmu yang cukup pula di bidang yang diminati. Sementara untuk mudah menuliskannya ke dalam tulisan ilmiah, perlu pembiasaan. Seperti pepatah lama, alah bisa karena biasa.

Sampai di sini saya tersindir sekali. Berkali-kali saya menghadapi kebuntuan ide di awal-awal masa penulisan skripsi ini. Saya mulai menyadari efek kurang membaca dan sedikit menulis itu benar-benar menghambat. Ada kalanya pikiran terasa ruwet dan ketika dituliskan menjadi konsep-konsep yang dangkal. Lantas rasanya seperti sedang berjalan tiba-tiba di depan mata begitu gelap pekat dan tak tahu bagaimana untuk meneruskan perjalanan. Akhirnya terhenti dan didera rasa bersalah dengan diri sendiri.

Tapi kawan, berhenti dalam gelisah itu tidak enak rupanya. Mulailah saya membicarakan ini dengan orang-orang terkasih, sekedar mengumpulkan motivasi eksternal dari mereka. Mulai lagi membaca tulisan sang Rektor itu. Beliau juga menuliskan bagaimana mengatasi masalah yang sedang saya hadapi itu. Untuk bisa membuat tulisan ilmiah yang baik, kita perlu berpikir logis dan mengumpulkan data pendukungnya. Menurut beliau untuk bisa berpikir logis, perlu pembiasaan lewat latihan, belajar, dan membaca sebanyak-banyaknya, serta mengenali bidang ilmu yang sedang dikaji dengan baik.

Beliau juga menuliskan bahwa kita akan merasa mudah menulis ilmiah jika sudah dibiasakan. Jika sudah senang menulis, maka sehari takkan nyaman tanpa menulis. Mungkin seperti beliau sendiri, yang tulisannya muncul setiap hari. Saya sampai penasaran tentang awal mulanya beliau bisa menulis bagus-bagus dan konsisten seperti itu.

Pendek kata, yang saya rasakan seusai membaca tulisan tersebut adalah, salah satu problem saya ‘dibedah’ dan seperti mendapat penerangan untuk melanjutkan perjalanan lagi, Insyaa Allah. Semoga sang guru besar itu senantiasa diberikan kesehatan dan kemudahan untuk terus membagikan ‘cahaya’ bagi saya dan teman-teman yang menuai pelajaran berharga dari tulisannya.

(Terima kasih untuk saudara seiman di Malang sana yang sudah mengenalkan saya pada tulisan Prof. Imam, “semoga Allah memberkahimu, akh.”)

Pondok Garuda, 9/21/2013 11:19:37 PM

Diterbitkan oleh Win S. Karja

Ibu rumah tangga dengan dua putri; Asiah dan Maryam. Saya membuat blog ini sejak SMA, 11 tahunan silam. Sempat on off sekian lama, kini mulai saya aktifkan kembali sebagai media refleksi dari kehidupan sehari-hari. 💐💐💐

Terima kasih sudah berkunjung :)